TEMPO.CO, Jakarta -Realisasi perdagangan sarang walet Indonesia ke Tiongkok, pada Januari-Mei 2015 tercatat mencapai 5,2 juta dolar AS, sejak perdagangan sarang walet ke Tiongkok dibuka pada 29 Januari.
"Jumlah tersebut berasal dari ekspor enam perusahaan walet di Indonesia. Jumlah itu sangat bagus, mengingat kita baru ekspor Januari silam, tidak berbeda jumlahnya dengan Malaysia yang mencapai enam juta dolar AS dari 14 perusahaan," kata Atase Perdagangan RI di Beijing Dandy Iswara kepada Antara, Jumat.
Dandy Iswara menambahkan"kualitas sarang walet kita memang lebih bagus. Dan ini yang perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan di masa datang. Fakta tersebut juga dapat memotivasi para pengusaha sarang walet Indonesia untuk semakin berani dan percaya diri memasuki pasar Tiongkok,".
Dia mengusulkan para pengusaha juga memasarkan produk sarang waletnya melalui e-commerce atau jual beli secara online.
"Hal tersebutperlu dilakukan karena masyarakat Tiongkok yang sangat menggemari belanja online. Pada 2014 jumlah transaksi melalui online mencapai 2,2 triliun dolar AS. Sedangkan pada lima bulan pertama 2015 jumlah transaksi mencapai 715 miliar dolar AS atau tumbuh 20 persen dibandingkan periode sama tahun lalu," ungkapnya.
Untuk makin memperkenalkan sarang waletnya, Indonesia khusus menampilkan sarang walet pada pameran makanan impor internasional di Beijing pada 3-5 Juli 2015.
"Kita membuka booth dan hanya menampilkan sarang walet, sebagai salah satu produk premium Indonesia untuk Tiongkok," ujar Dandy.
Ada perusahaan sarang walet yang terlibat dalam pameran tersebut yakin Adi Purnama Mranathajaya, Esta Indonesia, CV Sumber Alam dan PT Walet Kembar Lestari.
Di booth yang berbeda tampil pula PT Mulia Boga Raya, produsen keju. Indonesia dan Tiongkok sepakat untuk memantapkan perdagangan sarang burung walet setelah kegiatan ekspor-impor komoditas tersebut dibuka kembali pada 29 Januari 2015 menandai 65 tahun hubungan kedua negara.
Indonesia terbesar
Pada kesempatan terpisah Dirjen Kantor Administrasi Sertifikasi dan Akreditasi Tiongkok (CNCA) Gu Shaoping mengatakan Indonesia merupakan produsen terbesar sarang walet untuk pasar Tiongkok selain Malaysia dan beberapa negara lain di ASEAN.
"Tetapi karena sesuatu hal maka pada Agustus 2011 CNCA menutup sementara pembelian sarang walet dari Indonesia, namun akhirnya setelah melalui proses panjang, akhirnya kedua pihak sepakat untuk membuka kembali perdagangan langsung sarang walet antara Indonesia dan Tiongkok," tuturnya.
Kini, telah ada enam perusahaan Indonesia yang diberikan izin oleh CNCA untuk melakukan ekspor sarang walet ke Tiongkok, kata Gu Shaoping menambahkan.
Indonesia sebagai produsen harus mampu menjaga kepercayaan pasar Tiongkok terhadap standar keamanan pangan atas produk sarang walet yang dihasilkan, katanya.
Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Peternak dan Pedagang Sarang Walet Indonesia Boedhi Mranata mengatakan pihaknya menjamin produk yang dihasilkan telah melalui rangkaian uji standar keamanan pangan yang ditetapkan Tiongkok.
"Di Indonesia ada ratusan prosesor, namun hanya delapan yang dinyatakan sesuai standar keamanan pangan Tiongkok, meski kemudian hanya enam perusahaan yang dinyatakan layak untuk mendapat izin ekspor sarang walet ke Tiongkok. Ini membuktikan bahwa Indonesia juga sangat selektif, dan komitmen untuk menghasilkan produk berkualitas," katanya.
Ekspor perdana tersebut diyakini akan menjadi momentum peternak dan pengusaha sarang burung walet untuk meningkatkan produksi.
No comments:
Post a Comment